MATERI MOUNTAINEERING
Mendaki gunung adalah suatu kegiatan keras, berbahaya, penuh
petualangan, membutuhkan keterampilan, kecerdasan, kekuatan, dan daya
juang yang tinggi. Bahaya dan tantangan yang seakan hendak mengungguli,
merupakan daya tarik dari kegiatan ini.
Pada hakekatnya bahaya dan tantangan tersebut adalah menguji kemampuan dirinya untuk bersekutu dengan alam yang keras, keberhasilan suatu pendakian yang sukar dan sulit berarti keunggulan terhadap rasa takut dan kemenangan terhadap perjuangan melawan dirinya sendiri.
Pada hakekatnya bahaya dan tantangan tersebut adalah menguji kemampuan dirinya untuk bersekutu dengan alam yang keras, keberhasilan suatu pendakian yang sukar dan sulit berarti keunggulan terhadap rasa takut dan kemenangan terhadap perjuangan melawan dirinya sendiri.
A. PENGERTIAN DAN TUJUAN KEGIATAN MOUNTAINEERING
– Mountain = Gunung
– Mountaineer = Orang yang berkegiatan di gunung
– Mountaineering = Segala sesuatu yang berkaitan dengan gunung atau dalam arti yang luas berarti suatu perjalanan yang meliputi mulai dari hill walking sampai pendakian ke puncak-puncak gunung yang sulit
Banyak alasan orang melakukan kegiatan mountaineering namun pada dasarnya keitan itu dilakukan untuk :
1. Mata pencaharian
2. Adat Istiadat
3. Agama /Kepercayaan
4. Ilmu Pengetahuan
5. Petualangan
6. Olahraga
7. Rekreasi
– Mountain = Gunung
– Mountaineer = Orang yang berkegiatan di gunung
– Mountaineering = Segala sesuatu yang berkaitan dengan gunung atau dalam arti yang luas berarti suatu perjalanan yang meliputi mulai dari hill walking sampai pendakian ke puncak-puncak gunung yang sulit
Banyak alasan orang melakukan kegiatan mountaineering namun pada dasarnya keitan itu dilakukan untuk :
1. Mata pencaharian
2. Adat Istiadat
3. Agama /Kepercayaan
4. Ilmu Pengetahuan
5. Petualangan
6. Olahraga
7. Rekreasi
B. TERMONOLOGI GUNUNG
a) Gunung : Suatu puncak ketinggian dari atas permukaan laut dan dataran di sekelilingnya.
b) Pegunungan : Barisan/sekumpulan gunung yang saling berdekatan.
c) Bukit : Gunung Yang ketinggianya tidak lebih dari 600 mdpl
d) Perbukitan : Barisan/sekumpulan bukit yang saling berdekatan.
e) Tebing : Lereng pada dinding gunung yang terjal
f) Sadel : Pertemuan dua titik pada satu punggungan
g) Pass : Celah panjang diantara dua punggungan
h) Col : Celah sempit diantara dua puncak
i) Plateau : Dataran tinggi diatas daerah ketinggian
j) Summit : Puncak
a) Gunung : Suatu puncak ketinggian dari atas permukaan laut dan dataran di sekelilingnya.
b) Pegunungan : Barisan/sekumpulan gunung yang saling berdekatan.
c) Bukit : Gunung Yang ketinggianya tidak lebih dari 600 mdpl
d) Perbukitan : Barisan/sekumpulan bukit yang saling berdekatan.
e) Tebing : Lereng pada dinding gunung yang terjal
f) Sadel : Pertemuan dua titik pada satu punggungan
g) Pass : Celah panjang diantara dua punggungan
h) Col : Celah sempit diantara dua puncak
i) Plateau : Dataran tinggi diatas daerah ketinggian
j) Summit : Puncak
C. SEJARAH SINGKAT MOUNTAINEERING
Pendakian gunung sebenarnya telah dilakukan oleh para nenek moyang kita yang dimulai dengan bapak manuasia Nabi Adam AS yang menjelajahi bukit tursina untuk mencari cintanya Siti Hawa. Siti Hajar yang telah lintas dari bukit marwah ke bukit Safa ditemani dengan sherpa JIBRIL untuk mencari air bagi ismail yang lagi kehausan. Dan pendakian demi pendakian hingga saat ini masih terus berlangsung dan kelak (tak lama lagi ) giliran kalian untuk melanjutkan amanah menjaga kelanggengan kemanusian.
Pendakian gunung sebenarnya telah dilakukan oleh para nenek moyang kita yang dimulai dengan bapak manuasia Nabi Adam AS yang menjelajahi bukit tursina untuk mencari cintanya Siti Hawa. Siti Hajar yang telah lintas dari bukit marwah ke bukit Safa ditemani dengan sherpa JIBRIL untuk mencari air bagi ismail yang lagi kehausan. Dan pendakian demi pendakian hingga saat ini masih terus berlangsung dan kelak (tak lama lagi ) giliran kalian untuk melanjutkan amanah menjaga kelanggengan kemanusian.
1. Hill Walking/Hiking
Hill walking atau yang lebih dikenal sebagai hiking adalah sebuah kegiatan mendaki daerah perbukitan atau menjelajah kawasan bukit yang biasanya tidak terlalu tinggi dengan derajat kemiringan rata-rata di bawah 45 derajat. Dalam hiking tidak dibutuhkan alat bantu khusus, hanya mengandalkan kedua kaki sebagai media utamanya. Tangan digunakan sesekali untuk memegang tongkat jelajah (di kepramukaan dikenal dengan nama stock atau tongkat pandu) sebagai alat bantu. Jadi hiking ini lebih simpel dan mudah untuk dilakukan.
Level berikutnya dalam mountaineering adalah scrambling. Dalam pelaksanaannya, scrambling merupakan kegiatan mendaki gunung ke wilayah-wilayah dataran tinggi pegunungan (yang lebih tinggi dari bukit) yang kemiringannya lebih ekstrim (kira-kira di atas 45 derajat). Kalau dalam hiking kaki sebagai ‘alat’ utama maka untuk scrambling selain kaki, tangan sangat dibutuhkan sebagai penyeimbang atau membantu gerakan mendaki. Karena derajat kemiringan dataran yang lumayan ekstrim, keseimbangan pendaki perlu dijaga dengan gerakan tangan yang mencari pegangan. Dalam scrambling, tali sebagai alat bantu mulai dibutuhkan untuk menjamin pergerakan naik dan keseimbangan tubuh.
Berbeda dengan hiking dan scrambling, level mountaineering yang paling ekstrim adalah climbing! Climbing mutlak memerlukan alat bantu khusus seperti karabiner, tali panjat, harness, figure of eight, sling, dan sederetan peralatan mountaineering lainnya. Kebutuhan alat bantu itu memang sesuai dengan medan jelajah climbing yang sangat ekstrim. Bayangkan saja, kegiatan climbing ini menggunakan wahana tebing batu yang kemiringannya lebih dari 80 derajat.
Peralatan dasar kegiatan alam bebas seperti ransel, vedples (botol air), sepatu gunung, pakaian gunung, tenda, misting (rantang masak outdoor), kompor lapangan, topi rimba, peta, kompas, altimeter, pisau, korek, senter, alat tulis, dan matras mutlak dibutuhkan selain alat bantu khusus mountaineering seperti tali houserlite/kernmantel, karabiner, figure of eight, sling, prusik, bolt, webbing, harness, dan alat bantu khusus lainnya yang dibutuhkan sesuai level kegiatannya.
Hill walking atau yang lebih dikenal sebagai hiking adalah sebuah kegiatan mendaki daerah perbukitan atau menjelajah kawasan bukit yang biasanya tidak terlalu tinggi dengan derajat kemiringan rata-rata di bawah 45 derajat. Dalam hiking tidak dibutuhkan alat bantu khusus, hanya mengandalkan kedua kaki sebagai media utamanya. Tangan digunakan sesekali untuk memegang tongkat jelajah (di kepramukaan dikenal dengan nama stock atau tongkat pandu) sebagai alat bantu. Jadi hiking ini lebih simpel dan mudah untuk dilakukan.
Level berikutnya dalam mountaineering adalah scrambling. Dalam pelaksanaannya, scrambling merupakan kegiatan mendaki gunung ke wilayah-wilayah dataran tinggi pegunungan (yang lebih tinggi dari bukit) yang kemiringannya lebih ekstrim (kira-kira di atas 45 derajat). Kalau dalam hiking kaki sebagai ‘alat’ utama maka untuk scrambling selain kaki, tangan sangat dibutuhkan sebagai penyeimbang atau membantu gerakan mendaki. Karena derajat kemiringan dataran yang lumayan ekstrim, keseimbangan pendaki perlu dijaga dengan gerakan tangan yang mencari pegangan. Dalam scrambling, tali sebagai alat bantu mulai dibutuhkan untuk menjamin pergerakan naik dan keseimbangan tubuh.
Berbeda dengan hiking dan scrambling, level mountaineering yang paling ekstrim adalah climbing! Climbing mutlak memerlukan alat bantu khusus seperti karabiner, tali panjat, harness, figure of eight, sling, dan sederetan peralatan mountaineering lainnya. Kebutuhan alat bantu itu memang sesuai dengan medan jelajah climbing yang sangat ekstrim. Bayangkan saja, kegiatan climbing ini menggunakan wahana tebing batu yang kemiringannya lebih dari 80 derajat.
Peralatan dasar kegiatan alam bebas seperti ransel, vedples (botol air), sepatu gunung, pakaian gunung, tenda, misting (rantang masak outdoor), kompor lapangan, topi rimba, peta, kompas, altimeter, pisau, korek, senter, alat tulis, dan matras mutlak dibutuhkan selain alat bantu khusus mountaineering seperti tali houserlite/kernmantel, karabiner, figure of eight, sling, prusik, bolt, webbing, harness, dan alat bantu khusus lainnya yang dibutuhkan sesuai level kegiatannya.
D. Jenis Perjalanan Berdasarkan Tingkat Kesulitan Medan.
Perjalanan baik pendakian atau pemanjatan berdasarkan pada tingkat kesulitan medan yang dihadapi dapat dibagi sebagai berikut:
1. Walking : Berjalan tegak, tidak diperlukan perlengkapan kaki yang serius.
2. Hiking (hill walking) : Medan sedikit bertambah sulit sehingga dibutuhkan perlengkapan kaki yang memadai.
3. Climbing
a. Rock Climbing : Pemanjatan pada medan batu .
– Scrambling : Medan semakin curam sehingga dibutuhkan bantuan tangan untuk menjaga keseimbangan tubuh. Praktis tidak memerlukan tali ataupun perlengkapan lainnya yang khusus.
– Technical Climbing : Pemanjatan pada permukaan tebing yang sulit. Dibutuhkan teknik khusus dan bantuan peralatan. Jenis ini di bagi dua, yaitu :
Ø Free Climbing: Rute yang dilalui sulit sehingga dibutuhkan tali, alat-alat dan teknik yang khusus untuk melindungi bila terjatuh . Patut diperhatikan bahwa alat –alat disini hanya berfungsi sebagai alat- alat pengaman saja dan bukan sebagai penambah ketinggian.
Ø Artificial Climbing: Tebing hanya memberikan celah yang sangat tipis atau bahkan tidak ada sehingga penggunaan tangan dan kaki saja adalah mustahil. Untuk itu pendakian jenis ini sepenuhnya tergantung kepada perealatan yang juga dipergunakan secara langsung untuk menambah ketinggian . Dapat dikatakan ketinggian kita dapat terus bertambah hanya semata-mata karena bantuan alat-alat seperti tangga tali dfan sebagainya.
b. Snow/Ice Climbing : Pemanjatan pada medan es dan salju
4. Expedition : Kegiatan pendakian yang membutuhkan berbagai
pengetahuan dan membutuhkan waktu yang lama serta memerlukan
pengorganisasian tertentu dengan berbagai variasi medan yang harus
dilalui.
E. Sistem/Teknik pendakian
Tidak semua medan yang dilalui untuk menuju puncak itu seragam sehingga ada beberapa sistem/teknik yang dilakukan untuk menuju puncak yang harus disesuaikan dengan karakter medan. Pada beberapa pendakian kita kenal ada tiga buah sistem/teknik pendakian yaitu :
1. Alpin Taktik : sistem pendakian ini biasa dilakukan pada medan yang jaraknya tidak terlalu jauh, dan tidak kembali lagi ke base camp serta seluruh tim pendaki harus dapat mencapi puncak (taktik ini berkembang di pegunungan alpen yang karakternya sangat sesuai dengan taktik ini)
2. Himalayan taktik : Sistem pendakian ini biasa dilakukan pada medan yang jaraknya cukup jauh sehingga untuk menuju puncak ada beberapa base camp yang didirikan guna melakukan sistem drop barang, pada taktik ini tidak semua anggota tim harus mencapai puncak (taktik ini berkembang di pegunungan himalaya yang karakternya sangat sesuai dengantaktik ini)
3. Siege taktik : Gabungan antara Alpin Taktik dan Himalayan taktik.
Tidak semua medan yang dilalui untuk menuju puncak itu seragam sehingga ada beberapa sistem/teknik yang dilakukan untuk menuju puncak yang harus disesuaikan dengan karakter medan. Pada beberapa pendakian kita kenal ada tiga buah sistem/teknik pendakian yaitu :
1. Alpin Taktik : sistem pendakian ini biasa dilakukan pada medan yang jaraknya tidak terlalu jauh, dan tidak kembali lagi ke base camp serta seluruh tim pendaki harus dapat mencapi puncak (taktik ini berkembang di pegunungan alpen yang karakternya sangat sesuai dengan taktik ini)
2. Himalayan taktik : Sistem pendakian ini biasa dilakukan pada medan yang jaraknya cukup jauh sehingga untuk menuju puncak ada beberapa base camp yang didirikan guna melakukan sistem drop barang, pada taktik ini tidak semua anggota tim harus mencapai puncak (taktik ini berkembang di pegunungan himalaya yang karakternya sangat sesuai dengantaktik ini)
3. Siege taktik : Gabungan antara Alpin Taktik dan Himalayan taktik.
F. PERSIAPAN DALAM SEBUAH PERJALANAN
1. Dapat berpikir secara logis.
Ini adalah elemen yang terpenting dalam membuat keputusan selama pendakian, dimana cara berpikir seperti ini lebih banyak mempertimbangkan faktor safety atau keselamatannya.
2. Memiliki pengetahuan dan keterampilan. Meliputi pengetahuan tentang medan ( navigasi darat) ,cuaca dan teknik pendakian , pengetahuan tentang alat pendakian atau pemanjatan dan sebagainya.
3. Dapat mengkoordinir tubuh kita.
a. koordinasi antara otak dengan anggota tubuh.
– Haruslah terdapat keseimbangan antara apa yang dipikirkan di
Otak dan apa yang sanggup dilakukan oleh tubuh.
– Keseimbangan antara emosi dan kemampuan diri.
– Ketenangan dalam melakukan tindakan .
b. koordinasi antar anggota tubuh.
Ialah keseimbangan dan irama anggota tubuh itu sendiri dalam membuat gerakan-gerakan atau langkah- langkah ketika berjalan atau diam
4. kondisi fisik yang memadai.
Ini dapat dimengerti karena mendaki gunung termasuk dalam olahraga yang cukup berat . Seringkali berhasil tidaknya suatu pendakian / pemanjatan bergantung pada kekuatan fisik. Untuk mempunyai kondisi fisik yang baik dan selalu siap maka jalan satu-satunya haruslah berlatih.
5. Berdoa
1. Dapat berpikir secara logis.
Ini adalah elemen yang terpenting dalam membuat keputusan selama pendakian, dimana cara berpikir seperti ini lebih banyak mempertimbangkan faktor safety atau keselamatannya.
2. Memiliki pengetahuan dan keterampilan. Meliputi pengetahuan tentang medan ( navigasi darat) ,cuaca dan teknik pendakian , pengetahuan tentang alat pendakian atau pemanjatan dan sebagainya.
3. Dapat mengkoordinir tubuh kita.
a. koordinasi antara otak dengan anggota tubuh.
– Haruslah terdapat keseimbangan antara apa yang dipikirkan di
Otak dan apa yang sanggup dilakukan oleh tubuh.
– Keseimbangan antara emosi dan kemampuan diri.
– Ketenangan dalam melakukan tindakan .
b. koordinasi antar anggota tubuh.
Ialah keseimbangan dan irama anggota tubuh itu sendiri dalam membuat gerakan-gerakan atau langkah- langkah ketika berjalan atau diam
4. kondisi fisik yang memadai.
Ini dapat dimengerti karena mendaki gunung termasuk dalam olahraga yang cukup berat . Seringkali berhasil tidaknya suatu pendakian / pemanjatan bergantung pada kekuatan fisik. Untuk mempunyai kondisi fisik yang baik dan selalu siap maka jalan satu-satunya haruslah berlatih.
5. Berdoa
G. PERENCANAAN PERLENGKAPAN PERJALANAN
Dalam melakukan perjalanan atau petualangan di alam bebas, tentu kita perlu menyiapkan
segala sesuatu yang akan memperlancar perjalanan kita. Kesiapan fisik dan mental merupakan
modal yang paling mendasar
yang harus dimiliki seorang Mountaineer. selain itu peralatan dan perlengkapan yang layak dan lengkap adalah pendukung keberhasilan dan sekaligus sebagai tolok ukur seorang Mountaineer yang profesional. Keberhasilan suatu kegiatan di alam terbuka juga ditentukan oleh perencanaan dan perbekalan yang tepat dan efisien. Dalam merencanakan perlengkapan perjalanan terdapat hal-hal yang perlu diperhatikan, diantaranya adalah:
1. Mengenal jenis medan apa yang akan dihadapi nanti(hutan, rawa, tebing, semak, termasuk diantaranya kondisi sosial masyarakat setempat)
2. Menentukan tujuan perjalanan (penjelajahan / ekspedisi, latihan, penelitian, SAR, liburan, dll)
3. Mengetahui lamanya waktu yang dibutuhkan selama perjalanan (sehari, 3 hari, seminggu, sebulan, dsb)
4. Mengetahui keterbatasan kemampuan fisik untuk membawa beban (beratnya tidak melebihi sepertiga berat badan (15-20 kg), walaupun ada yang mempunyai kemampuan mengangkat beban sampai 30 kg.)
5. Memperhatikan dan menyiapkan hal-hal khusus yang mungkin dibutuhkan dalam perjalanan (misalnya : vitamin, obat-obatan tertentu, peta, dll)
Dalam melakukan perjalanan atau petualangan di alam bebas, tentu kita perlu menyiapkan
segala sesuatu yang akan memperlancar perjalanan kita. Kesiapan fisik dan mental merupakan
modal yang paling mendasar
yang harus dimiliki seorang Mountaineer. selain itu peralatan dan perlengkapan yang layak dan lengkap adalah pendukung keberhasilan dan sekaligus sebagai tolok ukur seorang Mountaineer yang profesional. Keberhasilan suatu kegiatan di alam terbuka juga ditentukan oleh perencanaan dan perbekalan yang tepat dan efisien. Dalam merencanakan perlengkapan perjalanan terdapat hal-hal yang perlu diperhatikan, diantaranya adalah:
1. Mengenal jenis medan apa yang akan dihadapi nanti(hutan, rawa, tebing, semak, termasuk diantaranya kondisi sosial masyarakat setempat)
2. Menentukan tujuan perjalanan (penjelajahan / ekspedisi, latihan, penelitian, SAR, liburan, dll)
3. Mengetahui lamanya waktu yang dibutuhkan selama perjalanan (sehari, 3 hari, seminggu, sebulan, dsb)
4. Mengetahui keterbatasan kemampuan fisik untuk membawa beban (beratnya tidak melebihi sepertiga berat badan (15-20 kg), walaupun ada yang mempunyai kemampuan mengangkat beban sampai 30 kg.)
5. Memperhatikan dan menyiapkan hal-hal khusus yang mungkin dibutuhkan dalam perjalanan (misalnya : vitamin, obat-obatan tertentu, peta, dll)
Setelah mengetahui hal-hal tersebut, maka kita dapat menyiapkan perlengkapan dan perbekalan
yang sesuai dan selengkap mungkin dan juga buatkan daftar barang yang harus dibawa lakukan pengecekan sebelum dan sesudah perjalanan.
Berikut ini adalah peralatan dan perlengkapan yang harus disiapkan seorang mountaineer.
yang sesuai dan selengkap mungkin dan juga buatkan daftar barang yang harus dibawa lakukan pengecekan sebelum dan sesudah perjalanan.
Berikut ini adalah peralatan dan perlengkapan yang harus disiapkan seorang mountaineer.
#. Perlengkapan Perorangan:
1. Carrier / Ransel / day-pack (sebelum barang dimasukkan, biasakan bungkus barang-barang
dengan kantong plastik untuk menghindari hujan)
2. Matras
3. Rain coat / ponco
4. Sleeping Bag dan perlengkapan tidur
5. Perlengkapan makan & minun
6. Baju hangat / jaket + baju ganti (cadangan)
7. Sepatu gunung + kaos kaki cadangan
8. Senter (Baterai + bohlam cadangan)
9. Kupluk + topi rimba, sarung tangan, peluit
10. Obat-obatan pribadi
11. peralalatan navigasi (Kompas,dll), webbing, tali dll
12. Logistik
13. Lilin dan lampu senter
14. Pisau serba-guna / Victorinox
15. perlengkapan mandi
1. Carrier / Ransel / day-pack (sebelum barang dimasukkan, biasakan bungkus barang-barang
dengan kantong plastik untuk menghindari hujan)
2. Matras
3. Rain coat / ponco
4. Sleeping Bag dan perlengkapan tidur
5. Perlengkapan makan & minun
6. Baju hangat / jaket + baju ganti (cadangan)
7. Sepatu gunung + kaos kaki cadangan
8. Senter (Baterai + bohlam cadangan)
9. Kupluk + topi rimba, sarung tangan, peluit
10. Obat-obatan pribadi
11. peralalatan navigasi (Kompas,dll), webbing, tali dll
12. Logistik
13. Lilin dan lampu senter
14. Pisau serba-guna / Victorinox
15. perlengkapan mandi
#. Perlengkapan Team :
1. Tenda
2. Peralatan masak
3. P3K
4. Trash Bag
5. Golok Tebas
1. Tenda
2. Peralatan masak
3. P3K
4. Trash Bag
5. Golok Tebas
Kelompokan barang-barang yang sejenis (pakaian, makanan, keperluan mandi, dan obat-obatan) dalam satu kantong.
Yang paling dasar adalah pakaian, kemudian keperluan mandi, dan yang paling atas adalah makanan dan obat-obatan.
Yang paling dasar adalah pakaian, kemudian keperluan mandi, dan yang paling atas adalah makanan dan obat-obatan.
H. Pengelompokan Bahaya di Hutan dan Gunung
Bila kita kelompokan bahaya di hutan dan gunung dapat kita simpulkan sebagai berikut :
1. Bahaya Obyektif : Segala bentuk bahaya atau potensi bahaya yang ditimbulkan oleh objek hutan dan gunung itu sendiri dan segala sesuatu yang berada dilingkungannya
2. Bahaya Subyektif : Segala bentuk bahaya dan atau potensi bahaya yang diawali atau ditimbulkan oleh pelaku dalam segala bentuk perilaku, tindakan dan pengambilan keputusan baik sebelum ataupun saat ia berkegiatan di hutan dan gunung.
3. Nasib Buruk dan Nasib Baik : segala bentuk bahaya dan atau potensi bahaya yang pada dasarnya diluar perhitungan ataupun pertimbangan pelakunya, dan bersifat sama sekali tidak terduga. Umumnya sangat jarang terjadi. Nasib Buruk akan langsung dirasakan oleh pelaku sebagai potensi bahaya ataupun bahaya. Nasib Baik bila tidak secara bijak diterima sebagai sebentuk pengalaman tentang keberuntungan, dapat menjadi sebentuk sikap berfikir yang dapat menjadi potensi dan atau bahaya disaat mendatang.
1. Bahaya Objectif
a) Kondisi Bentuk Permukaan Bumi (Terrain);
Apakah Terrain berpemukaan: datar, curam, patahan-patahan, tonjolan-tonjolan dan gabungan dari beberapa bentuk. Masing-massing memiliki bahaya sendiri-sendiri. Apakah kondisi permukaan itu terbentuk oleh tanah padat, gembur, berair, becek, rawa, sungai, pasir, kerikil bulat, krikil tajam, batuan lepas, batuan padat dan serterusnya. Masing- masing juga memeiliki sifat-sifat tersendiri yang tentunya memeiliki potensi-potensi bahaya.
b) Bentuk-bentuk Kehidupan (living Form);
• Kehidupan Binatang: Mulai kehidupan Micro organisme yang sederhana hingga binatang-binatang besar dapat menjadi potensi bahaya. Secara umum potensi itu adalah :
– Dapat menimbulkan penyakit.
– Dapat menularkan penyakit.
– Beracun bila menyengat, bersentuhan atau menggigit.
– Beracun bila dimakan.
– Karena ukurannya besar dapat berbahaya bila menyerang.
– Binatang besar pemangsa.
– Minimbulkan/mengeluarkan zat-zat kimia yang membuat sangat tidak nyaman.
• Tumbuh-tumbuhan
Potensi bahaya yang dapat ditimbulkan oleh tumbuhan adalah : ‘
– Kerapatan tumbuhan dapat menghambat dan mencederai kita dalam pergerakan.
– Kerapatan tumbuhan dapat menghambat jarak dan keleluasaan pandangan (visibility) sehingga menyulitkan orientasi.
– Mempunyai duri-duri atau getah beracun yang dapat mencederai kita.
– Mengandung racun bila dimakan.
Tetapi harus dicatat, dalam situasi survival ada tidaknya binatang dan tumbuhan yang dapat kita manfaatkan juga merupakan problem bagi kita untuk sumber makakan, shelter, bahan bakar, perlengkapan pengganti dll.
c) Iklim dan Cuaca
Iklim yang merupakan gambaran umum musim-musim yang terjadi disuatu daerah tertentu dalam periode waktu satu tahun mungkin lebih mudah doiperkirakan. Tetapi cuaca yang berkaitan dengan: temperatur, kelembaban dan pergeerakan udara akan lebih sulit diperkirakan. Ketiga hal itu sangat berkaitan dengan kemampuan tubuh kita yang mempunyai keterbatasan untuk dapat berfungsi normal. Hal-hal yang dapat menjadi potensi bahaya dari kondisi cuaca adalah :
• Temprertur Tinggi, yang berkaitan debngan terik matahari dapat menyebabkan Heatstroke dan Sunstroke.
• Temperature rendah, basah, angin, dan kombinasinya dapat menyebabkan Hypotermia.
• Basah terus-menerus dapat menyebabkan bagian telapak kaki mengalami Water immersion foot (seperti kena kutu air). Akan mudah lecet dan peluang terinfeksi menjadi lebih besar.
• Potensi-potensi bahaya lain yang diakibatkan oleh cuaca misal: angin yang sangat besar dapat mematahkan batang2 pohon besar yang bisa mencederai kita, curah hujan yang tinggi dapat menghambat pergerakan dan jarak pandang. Curah hujan yang sangat extreme mempunyai potensi bahaya tersendiri. Demikian juga kekeringan yang extreme
d) Ketinggian
Tinggi rendahnya suatu tempat dari atas permukaan laut, akan berkaitan dengan besarnya tekanan udara di tempat itu. Disekitar ketinggian sejajar dengan permukaan laut tekanan udara besarnya kurang lebih 1 Atmosfir (atm), pada 500 Meter Diatas Permukaan Laut (mdpl) tekanan udaranya hanya kurang lebih 50%nya. Besarnya tekanan disebabkan massa udara yang lebih besar. Dengan kata lain materi yang membentuk udara lebih banyak. Makin kecil tekanannya, makin sedikit materi yang membentuknya. Oksigen yang kita butuhkan ada kurang lebih 20% dari materi yang membentuk udara. Dengan demikian makin tinggi suatu tempat dari permukaan laut makin sedikit jumlah oksigen dari setiap liter yang terhisap paru-paru kita. Tubuh kita membutuhkan waktu untuk beraklimatisasi dengan kondisi ini. Kurangnya waktu aklimatisasi dapat menimbulkan gangguan pada kesehatan tubuh kita, yaitu apa yang disebut Mountain Sickness, yang bila berlanjut dari kondisi Hypoxia dapat berkembang menjadi Pulmonaryedema dan atau Cerebraledema. Bahkan diatas ketinggian yang berkisar mulai diatas 5000 mdpl, tubuh kita tidak mampu beraklimatisasi secara permanaen. Hanya dalam batasan waktu tertentu tubuh kita dapat bertahan. Daerah diatas ketinggian itu sering juga disebut “Death Zone” dimana tidak ada makhluk hidup yang dapat beraklimatisasi permanent disana. (Can u follow it…?)
e) Besaran Jarak dan Waktu
Besarnya jarak biasanya berkaitan dengan lamanya waktu tempuh, walau tingkat kesulitan medan (berkaitan dengankondisi Terrain, Living Form, Iklim dan cuaca, ketinggian) ikut berpengaruh. Secara sederhana dapat dilihat bahwa makin besar jarak dan waktu makin rumit rencana perjalan yang harus kita buat. Banyak masalah- masalah yang harus kita pertimbangkan seperti misalnya : masalah perbekalan, navigasi, kesehatan, shelter, peralatan, tekanan- tekanan/stress (fisik dan psikis) yang mungkin dialami dst. Makin rumit rencana perjalanan yang harus kita pertimbangkan, ada kemungkinan makin besar faktor-faktor kesalahan yang terjadi. Faktor- faktor kesalahan yang ini dapat berkembang pada pelaksanaanya menjadi potensi bahaya.
f) Kondisi Akibat/Pengaruh
Yang dimaksud dengan kondisi akibat atau pengaruh adalah suatu kondisi yang pada umumnya/biasanya tidak merupakan potensi bahaya, tetapi akibat pengaruh tertentu menjadikannya sebagai potensi atau bahaya. Beberapa contoh misalnya :
– Adanya bangkai binatang besar diatas aliran sungai yang sangat jernih dihutan atau digunung yang kita gunakan sebagai sumber air.
– Adanya ganggang beracun pada genangan air tetrentu yang kita anggap sebagai sumber air yang baik.
– Munculnya gas beracun di wilayah gunung berapi dimana biasanya wilayah tersebut aman. Hal ini mungkin akibat aktivitas gunung berapi beraktivitas diluar normalnya.
– Jenis-jenis ikan tertentu yang biasanya tidak beracun menjadi ikan beracun bila dikonsumsi akibat adanya kandungan mineral tertentu atau micro organisme tertentu diperairan habitatnya.
– Dan contoh lainnya.
g) Kondisi Sosial Budaya
“Lain padang lain belalangnya, lain lubuk lain pula ikannya”, demikian kata peribahasa. Setiap daerah memang memiliki adat-istiadat tersendiri. Kesalahan kita dalam menghargai adat istiadat setempat dapat menimbulkan kesalahpahaman. Rasa tidak suka, penolakan terhadap kehadiran kita akan menimbulkan ketidaknyamanan dan atau rasa tidak aman pada diri kita. Hal ini bila berlanjut dapat menjadi potensi bahaya yang tidak jarang pula menjadi bahaya. Tidak jarang pula masyarakat pedalaman yang akan merasa tidak aman bila wilayahnya dimasuki orang asing. Bagi kita sikap mereka sering kita anggap agresif, yang sesungguhnya itu adalah manifestasi dari rasa tidak aman itu. Pendekatan yang cermat perlu kita lakukan agar situasi itu tidak menjadi potensi bahaya.
2. Bahaya Subjektif
a. Kondisi Kebugaran (fitness)
Subject : Berkegiatan di alam terbuka dalam tingkatan tertentu menuntut kebugaran tubuh pelakunya. Tidak saja sitem peredaran darahnya (cardios culary), metabolisme tubuh, kekuatan otot-ototnya, tetapi juga daya pertahanan tubuhnya terhadap perubahan-perubahan cuaca (berkaitan dengan temperatur, kebasahan angin). Sering juga berkegiatan di gunung dan hutan mengharuskan kita melakukan irama dan siklus kehidupan yang tidak teratur. Atau setidaknya tidak sebagaimana pada kehidupan kita sehari-hari. Situasi dan kondisi ini dapat menjadi potensi bahaya apabila kebugaran tubuh pelaku tidak dapat memenuhi sebagaimana yang dituntut kegiatan itu.
b. Kondisi Kemampuan Tekhnis (Technical Skills)
Subyek : Sebentuk pengetahuan dan keterampilan tekhnis tentu saja dituntut dalam berkegiatan di gunung dan hutan. Keterampilan untuk dapat bergerak dengan efisien serta efektif, mengontrol keseimbangan dan irama gerak tubuh serta beristirahat secara efektif tapi efisien. Hal ini juga harus ditunjang dengan pengetahuah apa saja, peralatan pembantu yang dibutuhkan secara tepat, serta penggunaanya secara benar untuk membantunya bergerak atau beristirahat. Pengetahuan dan keterampilan menjaga kesehatan, kebugaran tubuh dan bagaimana mengatasi bila tergangu juga dituntut. Tidak mendukungnya kemampuan tekhnis pelaku, akan menjadi sebentuk potensi bahaya.
c. Kondisi Kemampuan Kemanusiaan (Human Skills)
Sebentuk kondisi kemampuan kemanusiaan juga dituntut dalam berkegiatan di alam bebas. Apa yang sering kita dengar sebagai mental yang kuat dan emosi yang stabil itu yang dituntut. Tetapi uraian dari mental yang kuat itu sendiri jarang kita dengar. Pengertian mental itu sendiri adalah bagaimana “sikap berfikir kita dalam mengontrol aksi gerak tubuh/tindakan kita”. Dengan kata lain bagaimana kita terhadap sebentuk situasi dan kondisi: Menilai, Menganalisa, Merasionalisasikannya, Mengambil/Menentukan keputusan, serta Melaksanakan keputusan itu. Hal-hal diatas terntu saja menuntut sebentuk perilaku positif manusia. Seperti : Leadership, Judgement, Determination, Integrity, Patience/Kecermatan, dan seterusnya untuk dapat melaksanakannya dengan baik. Emosi adalah sebentuk reaksi perasaan yang timbul bila menghadapi situasi dan kondisi tertentu. Dapat dianggap sebagai suatu kewajaran, tetapi tidak jarang sesungguhnya tidak bersifat rasional. Rasa Takut, Kesal, Kesepian, Patah Semangat, Frustasi, adalah contoh-contoh yang dapat berkembang menjadi potensi bahaya.
d. Kondisi Kemampuan Pemahaman Lingkungan (Enviromental Skills)
Pamahaman akan segala bentuk sifat dan karakter dari lingkungan gunung dan hutan dituntut bagi pelaku yang berkegiatan disana. Segala sifat dan karakter lingkungan yang dapat menjadi potensi bahaya harus bisa dinilainya; tetapi sifat dan karakter yanhg dapat dimanfaatkan harus pula dapat dipahaminya. Sifat dan karakter lingkungan itu bukan dianggap sebagai musuh, tetapi bagaimana ia harus mampu bernegosiasi dengan segala kemampuan yang dimilinya. Ketidakmampuan memahami segala karakter dan sifat lingkungan dimana ia berkegiatan akan dapat menimbulkan potensi bahaya.
3. Nasib Buruk dan Baik
Hal utama dari sikap pendekatan kita terhadap nasib baik dan buruk mungkin yang terbaik adalah sebagai berikut: Adanya nasib buruk adalah sesuatu yang tak dapat dihindari. Apabila terjadi pada kita, terimalah sebagai suatu realita bukan dengan reaksi emosi yang negatif seperti : Kesal, Menyesali, Marah dst. Hal terpenting yang harus kita lakukan adalah bagaimana kita dapat mengatasinya dengan bijak dan tepat. Mendapatkan nasib baik harus kita sadari hanya benar-benar sebuah keberuntungan. Hal ini jangan kita jadikan sandaran untuk tindakan-tindakan atau kegiatan-kegiatan selanjutnya. Tidak rela menerima adanya nasib buruk dan tidak menyadari itu hanyalah sebuah keberuntungan, akan menjadi suatu potensi bahaya bagi kita.
Bila kita kelompokan bahaya di hutan dan gunung dapat kita simpulkan sebagai berikut :
1. Bahaya Obyektif : Segala bentuk bahaya atau potensi bahaya yang ditimbulkan oleh objek hutan dan gunung itu sendiri dan segala sesuatu yang berada dilingkungannya
2. Bahaya Subyektif : Segala bentuk bahaya dan atau potensi bahaya yang diawali atau ditimbulkan oleh pelaku dalam segala bentuk perilaku, tindakan dan pengambilan keputusan baik sebelum ataupun saat ia berkegiatan di hutan dan gunung.
3. Nasib Buruk dan Nasib Baik : segala bentuk bahaya dan atau potensi bahaya yang pada dasarnya diluar perhitungan ataupun pertimbangan pelakunya, dan bersifat sama sekali tidak terduga. Umumnya sangat jarang terjadi. Nasib Buruk akan langsung dirasakan oleh pelaku sebagai potensi bahaya ataupun bahaya. Nasib Baik bila tidak secara bijak diterima sebagai sebentuk pengalaman tentang keberuntungan, dapat menjadi sebentuk sikap berfikir yang dapat menjadi potensi dan atau bahaya disaat mendatang.
1. Bahaya Objectif
a) Kondisi Bentuk Permukaan Bumi (Terrain);
Apakah Terrain berpemukaan: datar, curam, patahan-patahan, tonjolan-tonjolan dan gabungan dari beberapa bentuk. Masing-massing memiliki bahaya sendiri-sendiri. Apakah kondisi permukaan itu terbentuk oleh tanah padat, gembur, berair, becek, rawa, sungai, pasir, kerikil bulat, krikil tajam, batuan lepas, batuan padat dan serterusnya. Masing- masing juga memeiliki sifat-sifat tersendiri yang tentunya memeiliki potensi-potensi bahaya.
b) Bentuk-bentuk Kehidupan (living Form);
• Kehidupan Binatang: Mulai kehidupan Micro organisme yang sederhana hingga binatang-binatang besar dapat menjadi potensi bahaya. Secara umum potensi itu adalah :
– Dapat menimbulkan penyakit.
– Dapat menularkan penyakit.
– Beracun bila menyengat, bersentuhan atau menggigit.
– Beracun bila dimakan.
– Karena ukurannya besar dapat berbahaya bila menyerang.
– Binatang besar pemangsa.
– Minimbulkan/mengeluarkan zat-zat kimia yang membuat sangat tidak nyaman.
• Tumbuh-tumbuhan
Potensi bahaya yang dapat ditimbulkan oleh tumbuhan adalah : ‘
– Kerapatan tumbuhan dapat menghambat dan mencederai kita dalam pergerakan.
– Kerapatan tumbuhan dapat menghambat jarak dan keleluasaan pandangan (visibility) sehingga menyulitkan orientasi.
– Mempunyai duri-duri atau getah beracun yang dapat mencederai kita.
– Mengandung racun bila dimakan.
Tetapi harus dicatat, dalam situasi survival ada tidaknya binatang dan tumbuhan yang dapat kita manfaatkan juga merupakan problem bagi kita untuk sumber makakan, shelter, bahan bakar, perlengkapan pengganti dll.
c) Iklim dan Cuaca
Iklim yang merupakan gambaran umum musim-musim yang terjadi disuatu daerah tertentu dalam periode waktu satu tahun mungkin lebih mudah doiperkirakan. Tetapi cuaca yang berkaitan dengan: temperatur, kelembaban dan pergeerakan udara akan lebih sulit diperkirakan. Ketiga hal itu sangat berkaitan dengan kemampuan tubuh kita yang mempunyai keterbatasan untuk dapat berfungsi normal. Hal-hal yang dapat menjadi potensi bahaya dari kondisi cuaca adalah :
• Temprertur Tinggi, yang berkaitan debngan terik matahari dapat menyebabkan Heatstroke dan Sunstroke.
• Temperature rendah, basah, angin, dan kombinasinya dapat menyebabkan Hypotermia.
• Basah terus-menerus dapat menyebabkan bagian telapak kaki mengalami Water immersion foot (seperti kena kutu air). Akan mudah lecet dan peluang terinfeksi menjadi lebih besar.
• Potensi-potensi bahaya lain yang diakibatkan oleh cuaca misal: angin yang sangat besar dapat mematahkan batang2 pohon besar yang bisa mencederai kita, curah hujan yang tinggi dapat menghambat pergerakan dan jarak pandang. Curah hujan yang sangat extreme mempunyai potensi bahaya tersendiri. Demikian juga kekeringan yang extreme
d) Ketinggian
Tinggi rendahnya suatu tempat dari atas permukaan laut, akan berkaitan dengan besarnya tekanan udara di tempat itu. Disekitar ketinggian sejajar dengan permukaan laut tekanan udara besarnya kurang lebih 1 Atmosfir (atm), pada 500 Meter Diatas Permukaan Laut (mdpl) tekanan udaranya hanya kurang lebih 50%nya. Besarnya tekanan disebabkan massa udara yang lebih besar. Dengan kata lain materi yang membentuk udara lebih banyak. Makin kecil tekanannya, makin sedikit materi yang membentuknya. Oksigen yang kita butuhkan ada kurang lebih 20% dari materi yang membentuk udara. Dengan demikian makin tinggi suatu tempat dari permukaan laut makin sedikit jumlah oksigen dari setiap liter yang terhisap paru-paru kita. Tubuh kita membutuhkan waktu untuk beraklimatisasi dengan kondisi ini. Kurangnya waktu aklimatisasi dapat menimbulkan gangguan pada kesehatan tubuh kita, yaitu apa yang disebut Mountain Sickness, yang bila berlanjut dari kondisi Hypoxia dapat berkembang menjadi Pulmonaryedema dan atau Cerebraledema. Bahkan diatas ketinggian yang berkisar mulai diatas 5000 mdpl, tubuh kita tidak mampu beraklimatisasi secara permanaen. Hanya dalam batasan waktu tertentu tubuh kita dapat bertahan. Daerah diatas ketinggian itu sering juga disebut “Death Zone” dimana tidak ada makhluk hidup yang dapat beraklimatisasi permanent disana. (Can u follow it…?)
e) Besaran Jarak dan Waktu
Besarnya jarak biasanya berkaitan dengan lamanya waktu tempuh, walau tingkat kesulitan medan (berkaitan dengankondisi Terrain, Living Form, Iklim dan cuaca, ketinggian) ikut berpengaruh. Secara sederhana dapat dilihat bahwa makin besar jarak dan waktu makin rumit rencana perjalan yang harus kita buat. Banyak masalah- masalah yang harus kita pertimbangkan seperti misalnya : masalah perbekalan, navigasi, kesehatan, shelter, peralatan, tekanan- tekanan/stress (fisik dan psikis) yang mungkin dialami dst. Makin rumit rencana perjalanan yang harus kita pertimbangkan, ada kemungkinan makin besar faktor-faktor kesalahan yang terjadi. Faktor- faktor kesalahan yang ini dapat berkembang pada pelaksanaanya menjadi potensi bahaya.
f) Kondisi Akibat/Pengaruh
Yang dimaksud dengan kondisi akibat atau pengaruh adalah suatu kondisi yang pada umumnya/biasanya tidak merupakan potensi bahaya, tetapi akibat pengaruh tertentu menjadikannya sebagai potensi atau bahaya. Beberapa contoh misalnya :
– Adanya bangkai binatang besar diatas aliran sungai yang sangat jernih dihutan atau digunung yang kita gunakan sebagai sumber air.
– Adanya ganggang beracun pada genangan air tetrentu yang kita anggap sebagai sumber air yang baik.
– Munculnya gas beracun di wilayah gunung berapi dimana biasanya wilayah tersebut aman. Hal ini mungkin akibat aktivitas gunung berapi beraktivitas diluar normalnya.
– Jenis-jenis ikan tertentu yang biasanya tidak beracun menjadi ikan beracun bila dikonsumsi akibat adanya kandungan mineral tertentu atau micro organisme tertentu diperairan habitatnya.
– Dan contoh lainnya.
g) Kondisi Sosial Budaya
“Lain padang lain belalangnya, lain lubuk lain pula ikannya”, demikian kata peribahasa. Setiap daerah memang memiliki adat-istiadat tersendiri. Kesalahan kita dalam menghargai adat istiadat setempat dapat menimbulkan kesalahpahaman. Rasa tidak suka, penolakan terhadap kehadiran kita akan menimbulkan ketidaknyamanan dan atau rasa tidak aman pada diri kita. Hal ini bila berlanjut dapat menjadi potensi bahaya yang tidak jarang pula menjadi bahaya. Tidak jarang pula masyarakat pedalaman yang akan merasa tidak aman bila wilayahnya dimasuki orang asing. Bagi kita sikap mereka sering kita anggap agresif, yang sesungguhnya itu adalah manifestasi dari rasa tidak aman itu. Pendekatan yang cermat perlu kita lakukan agar situasi itu tidak menjadi potensi bahaya.
2. Bahaya Subjektif
a. Kondisi Kebugaran (fitness)
Subject : Berkegiatan di alam terbuka dalam tingkatan tertentu menuntut kebugaran tubuh pelakunya. Tidak saja sitem peredaran darahnya (cardios culary), metabolisme tubuh, kekuatan otot-ototnya, tetapi juga daya pertahanan tubuhnya terhadap perubahan-perubahan cuaca (berkaitan dengan temperatur, kebasahan angin). Sering juga berkegiatan di gunung dan hutan mengharuskan kita melakukan irama dan siklus kehidupan yang tidak teratur. Atau setidaknya tidak sebagaimana pada kehidupan kita sehari-hari. Situasi dan kondisi ini dapat menjadi potensi bahaya apabila kebugaran tubuh pelaku tidak dapat memenuhi sebagaimana yang dituntut kegiatan itu.
b. Kondisi Kemampuan Tekhnis (Technical Skills)
Subyek : Sebentuk pengetahuan dan keterampilan tekhnis tentu saja dituntut dalam berkegiatan di gunung dan hutan. Keterampilan untuk dapat bergerak dengan efisien serta efektif, mengontrol keseimbangan dan irama gerak tubuh serta beristirahat secara efektif tapi efisien. Hal ini juga harus ditunjang dengan pengetahuah apa saja, peralatan pembantu yang dibutuhkan secara tepat, serta penggunaanya secara benar untuk membantunya bergerak atau beristirahat. Pengetahuan dan keterampilan menjaga kesehatan, kebugaran tubuh dan bagaimana mengatasi bila tergangu juga dituntut. Tidak mendukungnya kemampuan tekhnis pelaku, akan menjadi sebentuk potensi bahaya.
c. Kondisi Kemampuan Kemanusiaan (Human Skills)
Sebentuk kondisi kemampuan kemanusiaan juga dituntut dalam berkegiatan di alam bebas. Apa yang sering kita dengar sebagai mental yang kuat dan emosi yang stabil itu yang dituntut. Tetapi uraian dari mental yang kuat itu sendiri jarang kita dengar. Pengertian mental itu sendiri adalah bagaimana “sikap berfikir kita dalam mengontrol aksi gerak tubuh/tindakan kita”. Dengan kata lain bagaimana kita terhadap sebentuk situasi dan kondisi: Menilai, Menganalisa, Merasionalisasikannya, Mengambil/Menentukan keputusan, serta Melaksanakan keputusan itu. Hal-hal diatas terntu saja menuntut sebentuk perilaku positif manusia. Seperti : Leadership, Judgement, Determination, Integrity, Patience/Kecermatan, dan seterusnya untuk dapat melaksanakannya dengan baik. Emosi adalah sebentuk reaksi perasaan yang timbul bila menghadapi situasi dan kondisi tertentu. Dapat dianggap sebagai suatu kewajaran, tetapi tidak jarang sesungguhnya tidak bersifat rasional. Rasa Takut, Kesal, Kesepian, Patah Semangat, Frustasi, adalah contoh-contoh yang dapat berkembang menjadi potensi bahaya.
d. Kondisi Kemampuan Pemahaman Lingkungan (Enviromental Skills)
Pamahaman akan segala bentuk sifat dan karakter dari lingkungan gunung dan hutan dituntut bagi pelaku yang berkegiatan disana. Segala sifat dan karakter lingkungan yang dapat menjadi potensi bahaya harus bisa dinilainya; tetapi sifat dan karakter yanhg dapat dimanfaatkan harus pula dapat dipahaminya. Sifat dan karakter lingkungan itu bukan dianggap sebagai musuh, tetapi bagaimana ia harus mampu bernegosiasi dengan segala kemampuan yang dimilinya. Ketidakmampuan memahami segala karakter dan sifat lingkungan dimana ia berkegiatan akan dapat menimbulkan potensi bahaya.
3. Nasib Buruk dan Baik
Hal utama dari sikap pendekatan kita terhadap nasib baik dan buruk mungkin yang terbaik adalah sebagai berikut: Adanya nasib buruk adalah sesuatu yang tak dapat dihindari. Apabila terjadi pada kita, terimalah sebagai suatu realita bukan dengan reaksi emosi yang negatif seperti : Kesal, Menyesali, Marah dst. Hal terpenting yang harus kita lakukan adalah bagaimana kita dapat mengatasinya dengan bijak dan tepat. Mendapatkan nasib baik harus kita sadari hanya benar-benar sebuah keberuntungan. Hal ini jangan kita jadikan sandaran untuk tindakan-tindakan atau kegiatan-kegiatan selanjutnya. Tidak rela menerima adanya nasib buruk dan tidak menyadari itu hanyalah sebuah keberuntungan, akan menjadi suatu potensi bahaya bagi kita.
PERLENGKAPAN, PERBEKALAN & PACKING UNTUK SEORANG PECINTA ALAM
I. DEFINISI
Keberhasilan suatu kegiatan di alam bebas, salah satunyaditentukan
oleh perlengkapan dan perbekalan yang tepat. Sebenarnya tidak ada
pengertian khusus tentang perlengkapan maupun perbekalan, tetapi hal
tersebut dibedakan dari sifat dan waktu penggunaannya di lapangan.
Biasanya perlengkapan merupakan
barang – barang yang dibawa dalam kegiatan alam bebas atau lapangan
yang tidak habis digunakan dalam satu kali penggunaan dan dapat di
digunakan kembali pada saat yang lain, karena bersifat permanen.
Perlengkapan itu sendiri lebih ditekankan kepada alat Bantu atau
perlengkapan kegiatan, perjananan dan lain – lain.
Sedangkan perbekalan adalah barang – barang yang dibawa dalam
kegiatan alam bebas atau lapangan yang mungkin habis digunakan dalam
satu kali penggunaan dan tidak dapat di digunakan kembali pada saat yang
lain, karena bersifat mudah rusak atau habis setelah digunakan.
Perbekalan itu sendiri lebih ditekankan kepada bahan makanan dan
minuman.
II. PERENCANAAN PERLENGKAPAN DAN PERBEKALAN
Dalam merencanakannya, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu :
1. Medan yang akan dituju (hutan, pegunungan, rawa, pantai, dsb).
2. Tujuan kegiatan (perjalanan, latihan , penelitian, kemanusiaan/SAR, dll).
3. Lama kegiatan.
4. Keterbatasan kemampuan fisik untuk membawanya (dianjurkan berat total yang dibawa
tidak melebihi 1/3 berat badan).
5. Hal-hal khusus (penyakit, obat-obatan, dsb).
Setelah mengetahui hal-hal tersebut, maka kita dapat memilih perlengkapan dan
perbekalan yang sesuai dan selengkap mungkin, namun dengan beban yang tidak melebihi
kemampuan kita untuk membawanya (maximum utility in minimum weight). Perhitungan berat
total untuk perorangan tidak boleh melebihi sepertiga berat badannya.
III. PEMBAGIAN PERLENGKAPAN DAN PERBEKALAN SERTA PACKING
A. PERLENGKAPAN
Dari kegiatan-kegiatan yang akan kita laksanakan di lapangan, kita dapat mengelompokkan perlengkapan yang dibawa menjadi:
1. Perlengkapan Dasar
a. Perlengkapan Jalan
Perlengkapan minimal yang harus dibawa saat kita melaksanakan kegiatan di alam bebas, khususnya untuk gunung dan hutan, adalah :
# Sepatu
Untuk daerah yang berbukit, gunakanlah sepatu dengan bunga sepatu yang besar (ber-radial),
bagian tumitnya mempunyai tinggi ± 1,5 cm dan solnya kuat. Sepatu
jangan terlalu sempit ataupun terlalu longgar, karena akan mengganggu
kenyamanan dan membuat kaki cepat lelah.
# Kaus kaki
Yang perlu diperhatikan, kaus kaki ini harus dapat:
• menyerap keringat
• melindungi kulit kaki dari lecet;
• menjaga agar telapak kaki tetap dapat bernafas;
• menjaga agar kaki tetap hangat (terutama di daerah yang dingin)
Untuk keperluan tersebut, bahan kaus kaki yang terbuat dari katun
atau campuran dengan wool dan bahan asintetis lainnya cukup baik
digunakan. Sesuaikanlah ketebalan dan panjang kaus kaki dengan
keperluan. Mungkin kita perlu memakailebih dari satu pasang kaus kaki.
Yang perlu diingat adalah bahwa kaus kaki yang kita pakai harus kering,
untuk itu sesuaikanlah jumlah kaus kaki yang dibawa dengan kondisi medan
dan cuaca daerah tujuan. Dianjurkan untuk selalu membawa kaus kaki
cadangan dalam setiap perjalanan. Untuk perjalanan lama dan menempuh
daerah yang dingin, sebaiknya memakai dua lapis kaus kaki, bagian dalam
memakai kaus kaki dari bahan katun dan bagian luar dari bahan wool.
#. Celana jalan
Yang perlu diperhatikan :
• kuat dan ringan;
• comfortable (praktis, lembut dan cukup longgar/tidak mengganggu gerakan kaki);
• terbuat dari bahan yang menyerap keringat;
• mudah kering dan bila basah tidak menambah berat.
Untuk keperluan tersebut, bahan celana yang terbuat dari katun cukup
baik untuk dipakai, tidak terlalu tebal, tahan duri dan mudah kering.
Contohnya PDL militer, celana loreng militer dan celana lapang yang
terbuat dari bahan rapstock. Bahan jeans sangat tidak
dianjurkan untuk dijadikan celana lapang, karena selain berat dan kaku,
juga sukar kering kalau basah. Bahan jeans tersebut tidak melindungi
kita dari kondisi alam sekitar (karena bukan isolator yang baik untuk
cuaca).
Sesuaikanlah desain celana dengan kebutuhan. Celana tanpa kantung
kurang praktis, tetapi terlalu banyak kantung pun akan merepotkan.
Kantung-kantung celana sebaiknya memakai tutup yang mudah dibuka namun
aman, dan kantungkantung tersebut harus mudah dijangkau. Ada baiknya
juga apabila bagian-bagian tertentu dari celana diperkuat, khususnya
pada bagian lutut dan pantat. Jika seringharus mengangkat lutut,
sebaiknya dibuat rimpel pada jahitan celana di garis lutut,
sehingga daerah lutut agak menggembung, ini berguna agar gerakan lutut
lebih leluasa. Selain itu, pilihlah celana yang memiliki risluiting
(agar mudah membukanya bila diperlukan) serta memiliki tempat ikat
pinggang yang kuat.
#.Baju jalan
Baju jalan pada prisipnya sama saja dengan celana jalan, namun khusus
kantungkantung pada baju ini, jangan sampai mengganggu jika diisi atau
tertekan ransel. Untuk baju jalan ini, sebaiknya terbuat dari katun
(menyerap keringat, namun dingin) atau wool (hangat, namun sulit
menyerap keringat), bertangan panjang untuk menghindari duri dan bulu
penggatal, sengatan matahari dan binatang berbisa. Orang sering salah
kaprah, untuk perjalanan pantai memakai baju tangan pendek atau bahkan
tanpa lengan. Padahal itu tidak baik, karena dapat mengakibatkan
sengatan matahari secara langsung pada kulit sehingga merusaknya. Harus
diingat pula, baju yang dikenakan haruslah kering, terutama jika dipakai
tidur. Untuk itu sangat dianjurkan untuk membawa baju cadangan.
#. Rain coat
Karena di alam bebas sering terjadi perubahan cuaca secara tak
terduga, maka pakaian yang dibawa harus sesuai dengan keadaan tersebut.
Untuk itu rain coat atau jas hujan penting sekali untuk dibawa. Selain berfungsi sebagai penahan air hujan, rain coat juga dapat digunakan sebagai pakaian penahan angin.
Sebenarnya pemakaian rain coat ini tidak menjamin kita untuk tidak basah. Idealnya pemakaian rain coat ini di-back up dengan pemakaian payung atau ponco, karena pemakaian rain coat pada saat hujan deras dan lama akan mengakibatkan air hujan tersebut menembus bagian dalamnya. Kemampuan rain coat untuk menahan rembesar air sangat tergantung pada lapisan water proof-nya.
Untuk itu, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemakaian rain coat ini, agar lapisan water proof-nya tetap berfungsi baik, diantaranya :
• setelah dipakai, gantungkanlah rain coat ditempat yang teduh;
• seandainya kotor dan perlu dicuci, hindari penggunaan deterjen kuat;
• hindari membersihkan dengan sikat kasar, cukup gunakan kain basah dan lembut;
• keringkanlah rain coat dengan cara diangin-angin ditempat yang teduh, jangan dijemur di terik matahari;
• berilah cairan water proof pada bagian jahitan dan bagian lain yang telah mengelupas/hilang lapisan water proof-nya.
#. Ponco
Seperti halnya rain coat, ponco berfungsi sebagai penahan air. Selain itu, digunakan sebagai perlengkapan dasar untuk membuat bivak/shelter.
#. Topi lapang
Kegunaan topi lapang ini adalah ;
• melindungi kepala dari kemungkinan cedera dan duri;
• melindungi bagian kepala dari curahan hujan, terutama kepala bagian belakang.
Topi yang dipakai haruslah kuat dan tidak mudah robek. Untuk
keperluan tersebut, terutama untuk kegiatan gunung dan hutan, dianjurkan
memakai topi rimba atau semacam topi jepang. Memakai topi yang terlalu
lebar (topi koboi) sangat tidak dianjurkan. Selain menghalangi
penglihatan dan pendengaran, juga kurang praktis karena menghalangi
pergerakan. Topi jenis koboi ini, cocok kalau dipakai di padang rumput
atau daerah-daerah yang tidak terlalu banyak semaknya.
#. Sarung tangan
Yang perlu diperhatikan dari sarung tangan ini, adalah :
• sebaiknya terbuat dari kulit;
• bentuknya sesuai dengan tangan;
• tidak kaku, artinya tidak menghalangi gerakan tangan.
Untuk kegiatan gunung dan hutan, kegunaannya adalah untuk melindungi
tangan dari kemungkinan cedera akibat duri, bulu penggatal, binatang
berbisa dan binatang kecil penggatal. Selain itu, ada baiknya juga
membawa sarung tangandari wool, untuk perlindungan terhadap cuaca
dingin.
#. Ikat pinggang
Pilihlah ikat pinggang yang terbuat dari bahan yang kuat; dengan
kepala yang tidakterlalu besar, namun teguh. Misalnya dari kulit yang
tebal namun lembut, dan dari bahan sintetis lainnya. Ikat pinggang ini
selain berguna untuk menjaga agar celanatidak melorot, juga untuk
meletakkan alat-alat yang perlu cepat dijangkau seperti pisau pinggang,
tempat air minum, tempat alat-alat P3K, dll.
#. Ransel
Ketika kita memutuskan untuk melakukan perjalanan di alam terbuka,
pastikan dahulu bahwa seluruh barang yang diperlukan akan dibawa dalam
satu tempat yang kuat. Dengan ransel, berat barang yang dibawa akan
terasa lebih ringan, karena beban akan dipanggul dan ditahan pundak. Ada
beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pemilihan ransel ini, yaitu :
• ringan
Ransel sejauh mungkin tidak merupakan beban tambahan yang berlebihan
(bayangkan bila berat ransel kosong kita sudah 5 kg), terbuat dai bahan water proof,
sehingga kalau hujan tidak akan bertambahberat dan cukup melindungi
isinya (walaupun tetap harus diberikan perlindungan ekstra dengan
pengunaan kantung-kantung plastik terutama untuk
perlengkapan-perlengkapan yang peka : pakaian tidur, alat tulis, makanan
kering, dll).
• kuat
Harus mampu membawa beban dengan aman, berdaya tahan tinggi, tidak mudah robek, jahitannya
tidak mudah lepas, zippernya cukup kokoh, dsb.
• sesuai dengan kebutuhan dan keadaan medan
Ransel yang dipakai haruslah sesuai dengan keadaan medan yang
dihadapi. Untuk medan gunung dan hutan, tidak dianjurkan untuk memakai
ransel dengan rangka luar (external frame), karena akan
menyulitkan pergerakan jika melewati semak. Ransel jenis tersebut cocok
digunakan pada medan-medan datar dan terbuka (salju, padang rumput,
pantai).
• comfortable
Dianjurkan agar memakai ransel yang memiliki rangka. Rangka ini perlu
agarberat beban merata dan seimbang ke seluruh tubuh. Rangka ini juga
membuat kenyamanan karena adanya ventilasi antara tubuh/punggung dengan
ransel. Bagi ransel dengan rangka di dalam (internal frame),
perlu ditambah dengan bahan yang menyerap keringat pada bagian yang
bersentuhan dengan punggung. Selain rangka, bagian ransel yang perlu
diperhatikan juga adalah tali penyandang ransel dan hip belt.
Tali penyandang ransel haruslah kuat, cukup lebar, empuk dan mudah
distel. Hip belt digunakan untuk mengatur agarransel menempel dengan
baik ke tubuh, serta membantu pembagian berat beban.
• praktis
Memiliki kantung-kantung tambahan dan ada pembagi ruang, sehingga
akan memudahkanmengambil barang-barang tertentu. Sekarang ini banyak
sekali macam ransel dengan berbagai model, ukuran, bahan serta harga
yang bervariasi. Ketelitian memilih akan banyak menentukan. Harga yang
mahal belum tentu menjamin ransel yang nyaman. Untuk itu pilihlah ransel
sesuai dengan kriteria di atas.
Untuk jenis perjalanan tertentu, ada baiknya kita melengkapi rasel kita dengan tas tambahan atau day pack.
Day pack ini akan banyak membantu, karena memudahkan pergerakan,
terutama jika perjalanan tersebut merupakan kegiatan penelitian atau
sering melakukan perpindahan tempat.
#. Peralatan navigasi
Alat navigasi yang harus dibawa minimal kompas yang masih bisa
digunakan, busur/protrektor dan peta daerah yang akan kita tuju.
Peralatan navigasi ini merupakan peralatan sangat penting yang selalu
harus dibawa.
#. Lampu senter
Lampu senter ini terutama digunakan bila kita melakukan perjalanan
malam. Untuk perjalanan malam ini gunakanlah lampu senter yang memakai
batrey besar (2-3 batrey), jangan yang memakai terlalu banyak batrey,
karena selain ukurannya besar sehingga memakan tempat, juga karena
relatif berat. Senter batrey besar ini biasanya relatif lebih tahan lama
nyalanya, jika dibanding senter batrey kecil. Idealnya kita membawa dua
buah lampu senter beserta batrey dan lampu cadangannya. Satu untuk
keperluan jalan, satu lagi (biasanya senter kecil) untuk cadangan bila
keadaan darurat,
#. Survival kit
Survival kit dapat berupa tempat khusus yang berisi korek api dalam
tabung, pisau lipat, alat jahit dan benangnya, tali jerat, lilin,
peluit, dan alat-alat lain yang dianggap perlu. Idealnya kotak survival
kit ini terbuat dari bahan yang kuat dan kedap air.
#. PP kit
Minimal berupa obat-obatan dasar, yaitu kapas, kasa steril, plester,
pembalutgulung, kain segi tiga, alkohol, cairan anti septik, pelawan
rasa sakit, penawarracun dan obat-obatan pribadi. Semuanya disimpan
dalam satu tempat yang kuatdan kedap air, misanya tupperware.
b. Perlengkapan Tidur
Terdiri dari sleeping bag, matras, satu stel pakaian kering, kaus kaki. Semuanya harusbisa membantu kenyamanan tidur dan menahan dingin.
c. Perlengkapan Masak, Makan dan Minum
Bawalah perlengkapan masak yang praktis,ringan, kecil dan tidak memakan tempat serta
berfungsi banyak. Selain itu bawalah alat makan dan minum seperlunya. Khusus tempat makan,
usahakan berupa tupperware, karena akan dapat memberikan banyak manfaat. Juga bawalah alat
pemasak dan bahan bakar secukupnya.Sekarang ini, sudah banyak dijual perlengkapan masak, makan dan minum dalam satu set, merek trangia misalnya. Namun karena harganya masih relatif mahal, kita bisa memakai nesting atau misting yang biasa dipakai militer, serta alat-alat tambahan lainnya yang bisa dibawa dari rumah.
2. Perlengkapan Tambahan
Perlengkapan ini walaupun bukanlah hal yang teramat penting, namun ada baiknya dibawa
untuk lebih menambah kenyamanan perjalanan.
a. Putis
Putis adalah pembelat betis yang terbuat dari kain katun atau wool.
Para pengembara, pejalan kaki ataupun tentara sering memakai putis untuk
menjaga otot-otot betis agar tetap fit dalam perjalanan panjang.
b. Gaiters
Gaiters atau sarung anti pacet adalah semacam sarung setinggi lutut
yang biasanya dibuat dari kain tipis. Bagian atas (ujungnya) bertali
seperti sarung bantal. Banyak dipakai oleh pekerja kayu dan perintis
jalan yang sering melewati daerah rawa atau hutan basah yang banyak
pacet atau lintahnya. Sekarang ini sudah banyak gaiters yang dibuat oleh
produsen perlengkapan lapang, yang terbuat bukan dari kain.
c. kelambu
Untuk perjalanan yang banyak melewati rawa, sungai atau daerah
mangrove, ada baiknya jika kita membawa kelambu. Bahkan untuk daerah
endemik malaria dan demam berdarah, kelambu ini merupakan perlengkapan
wajib (jika kita ingin terhindar dari penyakit tersebut). Dengan kelambu
ini, kita dapat beritirahat relatif nyaman tanpa
akut digigit nyamuk, agas ataupun serangga lainnya.
d. Hamok
Hamok (hammock) atau tempat tidur gantung merupakan alat
tambahan lain selain kelambu yang idealnya kita bawa ke daearah rawa,
sungai atau mangrove. Dengan hamok ini, kita dapat beristirahat dengan
nyaman tanpa kita takut menjadi kotor atau basah. Bahkan, untuk daerah
yang banyak pacetnya, hamok ini dapat memberikan rasa aman, karena bisa
menghindarkan kita dari pacet ketika beristirahat.
e. Jaket
Jaket (jacket) merupakan pakaian tebal yang digunakan untuk
melindungi tubuh dari angin dan udara dingin. Ada dua model jaket yang
biasa dipakai di lapangan, yaitu model palca dan model anorax. Dengan kemajuan teknologi, sekarang telah dikembangkan jenis jaket yang water proof dan mampu mengatur sirkulasi udara yang ada di dalamnya, sehingga pemakainya merasa lebih
nyaman. Dengan jaket jenis ini, udara dari luar (bukan angin) dapat
masuk ke dalam dan sebaliknya udara yang dari dalam bisa ke luar. Adanya
sirkulasi udara tersebut, memungkinkan tubuh tetap mendapatkan udara
segar, namun kehangatannya tetap dipertahankan. Jenis jaket tersebut
umumnya terbuat dari bahan gore-tex.
f. Balaclava
Untuk daerah pegunungan atau daerah dingin, balaclava atau kupluk ini
akan sangat bermanfaat, karena dapat melindungi muka dan telinga kita
dari dingin, angin dan serangga kecil.
g. Syal
Syal, ikat leher atau kacu segi tiga banyak kegunaannya. Bisa untuk
menghapus keringat, sebagai penutup kepala/telinga/leher, serta juga
bisa dimanfaatkan untuk menutup dan membalut luka dalam P3K.
h. Payung
Ada baiknya bila kita membiasakan membawa payung ketika ke lapangan.
Payung ini selain berguna bagi perlindungan dari hujan dan panas, juga
bisa kita gunakan sebagai alat penampung air hujan bila sedang dalam
kondisi survival atau sedang berada di daerah yang susah ditemui air
tawar. Ketika di dalam hutan, memang kita dianjurkan untuk tidak memakai
payung ketika berjalan, meskipun sedang hujan. Payung ini lebih bagus
kita gunakan sebagai pelindung ketika menunggu hujan. Selain itu, payung
ini pun bisa kita gunakan sebagai pelindung jemuran pada daerah yang
selalu lembab atau hujan.
i. Minyak Komando
Minyak komando ini digunakan untuk menghindarkan kaki kita dari lecet (blister).
Caranya ambil dua siung bawang merah, tumbuk dan hancurkan, lalu
campurkan secara merata dengan 2-3 sendok minyak kelapa. Balurkan minyak
tersebut pada seluruh bagian kaki hingga mata kaki, lalu gunakan kaus
kaki dan sepatu yang pas. Selain itu, minyak komando juga bisa
dimanfaatkan sebagai pengganti semir untuk melemaskan sepatu kulit yang
kita pakai biar tidak kering dan kaku.
j. Pisau
Secara umum, pisau adalah alat batu bagi kita untuk keperluan
menusuk, memotong, menyayat, melempar dan yang terpenting sebagai alat
bantu untuk membuat api. Karena pisau adalah sahabat yang sangat baik
dan berguna bagi kegiatan di alam bebas, maka pisau yang kita bawa harus
benar-benar cocok, dapat dipercaya dan sesuai dengan kepeluan.
Berdasarkan kegunaannya, pisau dapat
digolongkan menjadi dua, yaitu :
Pisau multiguna
• Pisau bowie
Pisau yang disain oleh James Bowie yang legendaris ini, pada dasarnya termasuk jenis fighting knife,
selain sangat efektif untuk menusuk dan memotong, juga cukup baik untuk
menetak dan melempar. Kalau terbuat dari bahan yang baik, desain pisau
ini akan sangat tangguh. Bahkan, bila berat dan ukurannya cocok, maka
akan menjadi teman setia di lapangan. Karena sifatnya, banyak jenis
pisau survival yang mengambil desain dasar pisau ini.
• Pisau survival
Cikal bakal pisau ini dikembangkan dari pisau bowie. Pisau yang dikenal juga sebagai jungle knife ini,
dilengkapi dengan alat-alat survival. Seperti halnya pisau boiwe, pisau
survival ini bisa digunakan untuk menusuk, menatah, mengerat dan
melempar.
Pisau khusus
Jenis pisau ini digunakan untuk suatu pekerjaan yang khusus. Hal ini
dimaksudkan agar mendapatkan efisiensi atas pekerjaan yang dilakukan.
• Pisau komando
Diciptakan oleh Kolonel Fairbims dan Sykes untuk keperluan tentara
Inggris. Pertama kali dipakai pada Perang Dunia II di Perang Sanghai.
Pisau komando ini adalah khas pisau lempar dan cukup baik juga sebagai
penusuk, namun kurang baik untuk menetak dan menyayat, karena akan
banyak memakan tenaga.
• Pisau pengulit
Pisau ini merupakan skinner knife, yang dikhususkan untuk
menguliti binatang buruan. Desainnya tipis dan sangat tajam (sudut mata
pisau sangat kecil), dengan ujung agak melengkung. Pisau ini baik juga
untuk digunakan sebagai peraut kayu.
• Pisau tusuk
Bentuknya yang lancip ke depan dan kokoh membuat pisau ini sangat
ampuh dan kuat untuk menusuk. Pisau ini banyak dipasang pada ujung
senapan. Yang sejenis dengan pisau ini adalah pisau sangkur.
• Pisau potong
Pisau ini lebih tepat bila disebut pisau besar, karena
bentuknya lebih besar dari pisau genggam biasa. Pisau ini memiliki
bentuk yang lebih besar dan tebal pada seluruh bagian atasnya. Ini
dimaksudkan agar tekanan merata dan kuat.
Kegunaan pisau ini adalah untuk memotong, menebas, dsb. Contoh pisau
potong ini adalah golok dan pisau tebas. Banyak sekali jenis pisau yang
aneh-aneh dan memiliki kegunaan yang sangat
khusus. Namun yang perlu diperhatikan adalah :
• harus terbuat dari bahan yang dipercaya, tajam dan tidak mudah patah;
• desain dan ukurannya sesuai, enak dipegang dan dipakai;
• sarungnya aman dan enak jatuhnya;
• mudah perawatannya.
Sekarang banyak dijual berbagai macam pisau. Kita harus benar-benar
memperhatikan segi mutunya. Harga mahal belum menjamin bahwa
barang-barang tersebut bagus. Pilihlah jenis pisau dari merek yang sudah
terkenal baik buatannya
(umumnya buatan Swiss atau AS cukup baik).
3. Perlengkapan Khusus
Jenis dan jumlah perlengkapan khusus yang kita bawa akan sangat
tergantung pada jenis dan lokasi kegiatan yang kita lakukan. Namun, pada
umumnya orang sekarang dalam melakukan kegiatan di alam bebas tidak
terlepas dari kegiatan dokumentasi, baik dengan kamera maupun dengan handycam.
Karena kedua alat tersebut sensitif sekali pada keadaan cuaca, serta
sangat riskan pada tekanan fisik, maka kita dituntut untuk ekstra
berhati-hati. Untuk itu ada beberapa hal yang harus selalu diperhatikan
apabila kita membawa alat-alat tersebut ke lapangan, yaitu :
a. bungkuslah peralatan dokumentasi kita dengan kain kering dan lembut, untuk menghindari pengaruh cuaca dan benturan;
b. gunakanlah dry bag yang berisi silica gel untuk menghindari air dan kelembaban;
c. pakailah tempat/tas khusus atau simpanlah di tempat yang tidak
terkena beban berat dan aman, namun mudah dijangkau bila sewaktu-waktu
diperlukan;
d. untuk kegiatan yang lama, bersihkanlah peralatan tersebut secara
berkala dan ada baiknya bila kita gunakan cairan anti jamur untuk
membersihkannya;
e. simpanlah film dan kaset film yang kita bawa pada tempat yang kuat, kering, kedap air dan tidak tembus cahaya.
B. PERBEKALAN
Perbekalan (makanan dan minuman) yang kita bawa sebaiknya disesuaikan
dengan kebutuhan minimal kita. Hal ini dimaksudkan agar perbekalan
tersebut tidak terlalu berlebih sehingga menjadi beban tambahan, namun
juga tidak kurang. Yang dibawa dianjurkan yang banyak mengandung kalori
serta lengkap vitamin dan mineralnya. Untuk minuman, hindari minuman
berakohol, walaupun tempat kegiatan kita nanti udaranya sangat dingin.
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam memilih jenis perbekalan
yang akan kita bawa ke lapangan :
1. Memiliki komposisi gizi dan kalori yang cukup, serta tidak asing;
2. Terlindung dari kerusakan, tahan lama dan sederhana dalam menanganinya;
3. Sedapat mungkin siap pakai atau tidak memerlukan waktu lama dalam memasaknya, irit air dan bahan bakar;
4. Ringan dan mudah didapatkan setiap saat.
Untuk dapat merencanakan komposisi bahan makanan agar memenuhi syarat
di atas, kita dapat mengkajinya dengan langkah-langkah sebagai berikut :
Dengan informasi yang cukup lengkap, perkirakan kondisi medan, cuaca,
aktivitas tubuh yang diperlukan dan lama waktunya. Perhitungan jumlah
kalori yang dibutuhkan bisa atas dasar perhari.
Susun daftar bahan makanan yang memenuhi syarat di atas dan
kelompokkan sesuai komposisi dominannya (karbohidrat, lemak atau
protein). Hitung masing-masing kalori totalnya (setelah siap dimakan).
Atur komposisi makanan menurut pertimbangan-pertimbangan berikut :
a. Total kebutuhan kalori perhari;
b. Perbandingan berat kalori antara karbohidrat, lemak dan protein adalah 6:3:1;
c. Harga perkalori yang sebenarnya dari setiap makanan adalah harga
dari bahan makanan tersebut sampai siap dimakan (pertimbangan ini
diperlukan bila diperkirakan dapat menghemat dana dalam jumlah yang
berarti);
d. Perhitungan untuk vitamin dan mineral dilakukan terakhir, bila
kurang bisa ditambahkan vitamin dan mineral dalam bentuk suplemen.
Pengepakan paket bahan makanan sebaiknya disiapkan untuk setiap kali makan.
Catatan :
a. kandungan kalori karbohidrat (4 kal/gram), lemak (9 kal/gram) dan protein (4 kal/gram).
b. ranking tercepat menjadi kalori karbohidrat – lemak – protein
c. kebutuhan per 1000 pounds (45 kg) berat badan
Metabolisme basal 1100 kal
Aktivitas tubuh
• jalan kaki 2 mil/jam 45 kal
• jalan kaki 3 mil/jam 90 kal
• jalan kaki 4 mil/jam 160 kal
• memotong kayu 260 kal
• makan 20 kal
• duduk, diam 20 kal
• bongkar pasang ransel 50 kal
• menggigil 220 kal
Specifik dinamic activity (6-8)% dari 1+2
Total kalori yang dibutuhkan 1+2+3
C. PACKING
Efisiensi dan kenyamanan kita membawa perlengkapan dan perbekalan
dalam sebuah ransel, selain secara langsung ditentukan oleh desain
ransel, juga sangat dipengaruhi oleh cara kita mempacking
(menyusun perlengkapan dan perbekalan ke dalam ransel).
Dalam batas-batas tertentu, rangka yang dimiliki oleh sebuah ransel
akan banyak memberikan kenyamanan. Rangka ini membuat posisi tubuh kita
lebih nyaman ketika menggendong ransel. Namun bagimanapun juga, desain
ransel tersebut akan sedikit artinya apabila kita tidak mampu mempacking
dengan baik.
Yang menjadi dasar dari packing adalah keseimbangan badan. Bagaimana
kita menumpukan beban barang bawaan pada tubuh sedemikian rupa sehingga
kaki dapat bekerja secara efisien. Ada beberapa hal yang harus
diperhatikan dalam packing ini, yaitu:
1. susun perlengkapan dalam ransel secara berurut dari yang terberat
sampai yang teringan dan sesuai prioritas keperluan, dari atas ke bawah;
2. letakkan perlengkapan yang paling berat di bagian teratas, dan sedekat mungkin dengan tubuh kita;
3. letakkan barang-barang yang sewaktu-waktu diperlukan pada bagian atas atau bagian luar ransel;
4. kelompokkan barang-barang yang dibawa ke dalam kantong-kantong plastik yang tidak tembus air;
5. buatlah check list dan peta barang bawaan untuk mempermudah penyusunan dan pemeriksaan kembali.
Mengingat pentingnya penyusunan perlengkapan dan perbekalan yang akan
kita bawa dalam suatu perjalanan, maka sebelum memulai kegiatan
sebaiknya dibuat terlebih dahulu sebuah check list perlengkapan
dan perbekalan yang akan kita bawa. Dalam check list tersebut,
perlengkapan dan perbekalan dikelompokkan, lalu diteliti apa yang perlu
atau tidak perlu dibawa. Apabila perjalanan yang akan kita lakukan
adalah perjalanan kelompok, maka dibuat check list untuk perlengkapan
dan perbekalan regu dan pribadi. Dalam perjalanan besar dan cukup lama,
perlu kita tentukan apakah perlengkapan dan perbekalan tersebut akan
kita bawa sendiri ataukah dengan memanfaatkan porter. Dan
apakah semua perlengkapan dan perbekalan tersebut akan kita bawa sejak
awal ataukah kita isi secara bertahap di perjalanan, dan sebagainya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Koment aj bro